Minggu, 29 Desember 2013

Misteri Penari Ronggeng Nyi Ratna Herang

Ronggeng mungkin telah ada di Jawa sejak zaman kuno, relief di bagian Karmawibhanga pada abad ke-8 Borobudur menampilkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita. Di Jawa, penampilan ronggeng tradisional menampilkan rombongan tari perjalanan yang berjalan dari desa ke desa. Adalah Nyi Ratna Herang  merupakan seorang penari ronggeng terkenal di 1920-an. Kecantikan dan keindahan bentuk tubuhnya memang tiada duanya. Sayang, sebuah tragedi mengenaskan membuat sang penari ronggeng tersebut terbunuh. Jasad sang penari tersebut dihanyutkan ke sungai. Namun, saat ditemukan, jasadnya lalu dikubur disisi sungai Cigede. Kini makam Nyi Ratna Herang (sang penari Ronggeng) sering jadi obyek mencari berkah. Padahal, sesepuh kampung di sana melarang keras siapa pun menziarahi makam tersebut. Mengapa ?

Penari Ronggeng Jaman Dulu
Kisah sukses seorang penari Ronggeng termasyhur di era 1920-an ini masih terngiang hingga kini, khususnya bagi Masyarakat Kuningan, terutama kalangan pekerja seni, tak mudah melupakan namanya. Betapa tidak?, di masa jayanya, Ratna adalah sosok wanita yang memiliki kecantikan sempurna. Sebelum tragedi pilu dialaminya, usianya saat itu baru 19 tahun. Rambutnya panjang tergerai. Tubuhnya sungguh aduhai.

Dalam bahasa sunda, kecantikan Ratna Herang semacam itu dikiaskan dengan kata-kata nu geulis ka wanti-wanti, endahna kabina-bina. Setiap ia tampil di atas panggung, dari ujung rambut hingga ujung kuku selalu jadi perhatian para pria. Para jawara, kaum menak (bangsawan), sampai rakyat biasa, dibuat mabuk kepayang.

Nyi Ratna Herang memang seorang ronggeng berbakat. Ia tenar karena kemampuan, bukan sekedar kecantikan semata. Hampir tiap ada hajatan, perayaan, atau pesta-pesta, orang selalu menggelar panggung dengan ronggeng Nyi Ratna Herang. Disetiap Nyi Ratna Herang manggung, berbondong-bondong orang menjadi saksi. Jangankan kaum pria, para wanita pun banyak yang menyukai keindahan tarian dan tubuh sang Ronggeng. Banyak kaum wanita selalu bermimpi parasnya bisa secantik Nyi Ratna.

Pada suatu perayaan, Nyi Ratna Herang diundang menjadi bintang. Ketika itu hadir para jawara, kaum menak dan orang-orang kaya. Mereka berlomba ingin menari bersamanya. Tak hanya itu. Tidak sedikit pula yang ingin mempersuntingnya menjadi istri. Namun, ada pantangan dari mucikari yang membesarkannya. Bahwa Nyi Ratna terikat perjanjian untuk tidak menjadi seorang istri sebelum satu hajatnya dicapai.

Otomatis, keinginan mempersunting Nyi Ratna Herang tinggal impian. Sayangnya, sisi lain predikat kaum ronggeng yang negatif ketika itu sudah telanjur tertanam. Sebab selain memiliki suara yang indah, tarian bagus dan tubuh yang sempurna, para ronggeng ketika itu bisa diajak kencan. Bahkan siap bermain ranjang dengan siapa saja yang bersedia membayarnya dengan harga yang tinggi.

Begitulah image negatif itu juga menimpa Nyi Ratna Herang. Tak heran, setiap ada pesta yang menghadirkan Nyi Ratna Herang sebagai ronggeng, selalu saja terjadi keributan. Penyebabnya tiada lain, penonton berlomba-lomba untuk bisa menari atau mem-bookingnya.

Suatu ketika, terjadi keributan antara dua orang jawara yang jatuh hati kepada Nyi Ratna. Mereka berebut ingin bercinta dengannya. Sebagai ksatria, mereka bersumpah siapa yang menang dalam pertarungan, maka dia yang berhak atas Nyi Ratna Herang. Akhirnya terjadilah pertarungan seru. Namun tidak ada seorang pun dari mereka keluar sebagai pemenang, karena keduanya sama kuat.

Terbunuh
Pertarungan memperebutkan Nyi Ratna Herang kali ini berbuah petaka. Nyi Ratna terluka parah. Luka itu membuatnya meninggal di tempat kejadian. Namun, sesaat sebelum Nyi Ratna Herang menghembuskan nafas terakhir, dari bibirnya yang mungil meluncur kata-kata kutukan. “Di daerah ini, tidak akan ada perempuan yang secantik dirinya sampai umur 19 tahun,” begitu bunyi kutukannya.

Menurut orang-orang tua di sana, supata atau kata-kata bertuah itu mengandung arti tidak akan ada perempuan yang cantik dengan rambut panjang tergerai sampai usia 19 tahun di daerah itu. Makanya, jangan heran bila di Ciherang, Kuningan, sulit menemukan gadis cantik yang berusia 19 tahun ke bawah. Rata-rata mereka diungsikan oleh orang tuanya ke rumah saudaranya di luar Ciherang. Baru setelah usia mereka lewat 19 tahun, mereka kembali ke Ciherang. Kabarnya, hingga saat ini sudah 9 orang gadis cantik menjelang usia 19 tahun yang meninggal dunia. Mereka meninggal dengan berbagai cara, seperti menderita sakit baru kemudian meninggal.

Makam Nyi Ratna Herang


Setelah Nyi Ratna Herang meninggal, mayatnya dihanyutkan di sungai Cigede. Sampai akhirnya jasad Nyi Ratna Herang ditemukan warga di Blok Pamujaan, Desa Ciherang. Mayat yang sudah rusak dan mengeluarkan bau itu dimakamkan di pinggir sungai, tak jauh dari tempat ditemukan. Penemuan mayat Nyi Ratna Herang cukup menggemparkan masyarakat sekitar. Maklum, dia merupakan seorang Ronggeng tersohor.

Ngalap Berkah

Entah siapa yang memulai, sejak saat itu makamnya sering diziarahi orang yang simpati kepadanya. Terutama dari kalangan seniman. Bahkan lambat laun tidak sedikit peziarah yang meminta sesuatu dari makamnya. Para seniman, pemilik grup kesenian ataupun ronggeng, antri menziarahi makamnya dan memohon agar dirinya bisa sukses.

Para ronggeng yang berziarah, memohon agar dirinya bisa tenar dan cantik seperti Nyi Ratna Herang. Bagi orang tua, memohon agar keturunannya bila wanita, diberi kecantikan seperti Nyi Ratna Herang.

Karena makamnya dijadikan tempat meminta, lokasi di sekitar kuburan Nyi Ratna Herang menjadi tempat angker dan wingit. Tidak ada yang berani mendekati makamnya. Menurut beberapa pengakuan, dari sekitar makam Nyi Ratna Herang sering muncul Kembang Karang. Yakni anak kecil yang berkelebat bolak balik di sekitar makam. Tapi bila orang melihat dan mengejarnya, bocah kecil ini menghilang begitu saja.


referensi:http://ekorisanto.blogspot.com/2009/07/kisah-nyi-ratna-herang-dari-nusaherang.html/http://iklanasinstiforp.blogspot.com/2013/11/kisah-nyai-ratna-herang-dari-nusaherang.html/http://commons.wikimedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar