Minggu, 09 Februari 2014

Misteri Pacal Relief Kuno Suku Maya

Pacal merupakan sebuah relief yang ditemukan di Mexico pada tahun 1949 oleh Alberto Ruz. Pada awalnya Alberto menemukan suatu ruang lengkung di bawah tanah dari suatu candi prasasti, ia kemudian menemukan suatu relief yang aneh yang menjadi tanda tanya besar para ahli hingga kini. Inilah penggambaran astronot suku maya.


Dalam relief itu digambarkan struktur seseorang seperti sedang berada di dalam sebuah kapal terbang. Setiap detik demi detik akan membuat Anda tegang, sama seperti saya yang sudah tegang duluan ketika menyaksikan bagaimana konstruksi kuno itu akan membawa seseorang untuk terbang. Ditulis oleh Erich von Daniken, dalam bukunya : In Search of Ancient Gods

Sebuah kisah kuno bangsa Maya mengatakan, bahwa 10.000 tahun yang lalu mereka berada pada peradaban puncak. Walaupun para ahli purbakala meragukan kebenaran “waktu 10.000 tahun yang lalu” itu di dalam tulisan mereka, namun penulis tetap menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat penting, sebab tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan, dari mana asal bangsa Maya itu dan kemudian kemana perginya mereka.


Sebab telah dibuktikan, bahwa kota-kota bangsa Maya tidak dihancurkan oleh peperangan atau bencana-bencana alam. Kota-kota itu dengan demikian telah ditinggalkan oleh para penduduknya. Bangsa Maya telah lenyap tanpa bekas. Mengapa mereka telah meninggalkan kota-kota mereka yang hebat, yang telah mereka bangun “untuk bertahan sepanjang masa” dengan balok-balok yang utuh?

Diakui, bahwa apa yang disebut zaman “sebelum zaman kuno” berada diantara 1000-2000 tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, dalam hal ini diakui oleh para sarjana, mereka sebenarnya tidak mengetahui apa-pun mengenai “zaman purbakala “ yang sebenarnya, yang mendahului “zaman sebelum zaman kuno”. Dan adalah sangat besar kemungkinannya, bahwa semua “kejadian nyata” dalam sejarah yang hingga kini belum dapat diketemukan, ada dalam buku-buku yang telah dibakar oleh uskup Landa.

Hanya ada tiga buku kuno tulisan tangan dari bangsa Maya yang tidak ikut terbakar; lembarannya dibuat dari kulit pohon dan dilipat-lipat seperti harmonica. Buku-buku itu disebut menurut nama tempat, dimana masing-masingnya disimpan : Dresdensis Codex (Codex = buku kuno dalam tulisan tangan ), Paris Codex, dan Madrid Codex, yang juga dikenal sebagai Tro-Cortesianus.

Tulisan-tulisannya yang sudah berwarna kuning karena tua, masih belum sungguh-sungguh dapat dimengerti. Yang telah dapat dipecahkan adalah “system menurut nomer” mereka yang sangat baik, akan tetapi sederhana. Sahabat anehdidunia.com mereka menghitung dengan goresan-goresan, yang diberi titik-titik di atasnya. Satu titik sama dengan 1, tiga titik dengan 3, dst nya. Angka 5 digambarkan dengan sebuah goresan, sehingga angka 7 menjadi sebuah goresan ditambah dua titik diatasnya.


Bangsa Maya pun mengetahui nilai-nilai nisbi dan nol. Mereka menggunakan system “vigesima”, atas dasar 20. Kalau mereka ingin menulis bilangan 23, maka mereka menaruh tiga titik di tempat “satuan” dan satu goresan di tempat “duapuluh”. Mudahlah untuk membedakan “goresan dua puluh” dari “goresan limaan”. Goresan dua puluhan diberi tempat jauh lebih tinggi daripada tempat goresan limaan.

Kalender bangsa Maya mempunyai kualitas yang amat tinggi. Tanggal permulaan urutan waktu mereka adalah suatu hari dalam tahun 3113 sebelum Masehi. Para ahli dari Amerika selatan menyatakan, bahwa tahun gaib 3113 sebelum Masehi itu tidak ada hitungannya dengan sejarah yang sebenarnya dari bangsa Maya, akan tetapi hanya mempunyai nilai asli “simbolis” seperti ucapan bangsa Yahudi “sejak diciptakannya dunia”.

Bagaimanakah mereka dapat mengatakan itu secara demikian pasti, kalau kita tidak mengetahui dari mana asal datangnya orang Maya itu dan kemana pergi lenyapnya mereka. Sangat banyaklah sudah tulisan-tulisan mengenai kalender bangsa Maya itu. Suatu kenyataan adalah kalender itu menggunakan system putaran-putaran tahun yang setiap putarannya berjangka waktu 374,000 tahun.

Bangunan-bangunan didirikan menurut kalendernya : Untuk tiap hari selama sebulan sebuah anak tangga, untuk tiap bulannya sebuah mimbar, dan akhirnya pada hari yang ke 365, berdirilah sudah tempat berhala itu. Seakan-akan bangsa Maya dari kerajaan kuno itu membuat bangunan-bangunan keagamaan mereka bukan oleh terdorong pada suatu kebutuhan kepercayaan, melainkan karena kalender memaksakan mereka sebagai kewajiban yang harus mereka penuhi.

Observatorium para ahli perbintangan mereka, sebuah bangunan bundar di atas dua teras raksasa yang menjulang tinggi di atas hutan belukar, terletak di Chichen Itza. Para ahli perbintangan bangsa Maya mengetahui orbit bulan, sampai pada empat desimal dan mereka juga dapat menghitung tahun planet Venus sampai pada sampai pada tiga desimal.

Menurut cerita kuno, para dewa permulaan dari bangsa Maya berasal dari bintang-bintang, mengadakan hubungan dengan bumi, dan kemudian kembali lagi ke bintang-bintang. Dalam “ Popol Vuh ”, sebuah cerita kuno bangsa Maya, dikemukakan 4000 orang pemuda dari cakrawala, kembali ke “ bintang tujuh “, setelah mereka menderita kekalahan dalam perkelahian dengan manusia.

Dewa Kukulkan rupanya betukar berita dengan bangsa Aztec, yang bernama Quetzalcoatl. Dia digambarkan sebagai seekor ular yang berbulu dan datang dari langit. Kalau orang-orang bangsa Maya, dalam hidupnya setiap hari melihat ular-ular merayap di tanah, maka sulitlah untuk dimengerti, mengapa ular-ular dalam gambaran dan relief mereka dapat “terbang ”?

Tulisan-tulisan bangsa Maya yang masih ada, meliputi 208 halaman yang dilipat menurut cara harmonica. Melihat banyak macamnya tanda-tanda, bentuk-bentuk, lambang-lambang, serta bentuk kombinasi, maka tidaklah mengherankan kalau sampai sekarang hanya sedikit yang dapat dipecahkan artinya.

Lukisan-lukisan pada serat pohon yang diberi lapisan tipis dari kapur sebagai landasan lukisannya, disimpan antara dua lembaran kaca. “Dresden Codex” mempunyai 74 halaman, dan berisi perhitungan mengenai perbintangan dan juga berisi daftar-daftar mengenai perjalanan serta gerak bulan dan planet Mars.

Pada lukisan-lukisan itu selalu terlihat adanya makhluk mengerikan yang berbentuk seperti ular di dekat bilangan-bilangan. Makhluk itu dihubungkan dengan bulan dan memuntahkan air ke bumi. Makhluk “manusia” nya mengenakan kedok dan perlengkapan kepala yang rumit, dan seringkali kelihatannya mengenakan semacam pakaian selam.

Apakah mereka itu para pendeta bangsa Maya yang sedang melakukan percobaan-percobaan ataukah binatang-binatang? Makhluk-makhluk yang tidak dapat ditentukan makhluk, apa sebenarnya, dengan menggunakan banyak peralatan yang aneh-aneh.

“Paris Codex” dibeli oleh “Bibliotheque Nationable” (Perpustakaan Nasional) di tahun 1832 dari koleksi seseorang. Dibuat dari bahan yang sama dengan bahan “Dresden Codex” dan mempunyai 22 halaman yang sudah sangat rusak.

Dalam abad terakhir ini, pemeliharaan terhadap halaman-halaman yang dilipat-lipat itu adalah demikian jeleknya, sehingga kini hanya tinggal dua halaman saja yang dapat dipertunjukkan dalam sebuah kotak dari kaca.

Untungnya bagi kita, bahwa dari “Paris Codex” terutama berisi ramalan-ramalan menurut kalender. “Madrid Codex” disimpan di “Museo de America” di Madrid dan terdiri dari 112 halaman bergambar, dimana dapat terlihat gambar dewa-dewa dalam sikap upacara keagamaan yang besar. Gambar-gambar dan bagian-bagiannya, sampai yang kecil-kecil adalah sangat menarik. Kita dapat melihat segala macam benda dalam gambar-gambar tersebut.

Dewa-dewa berasap pada kulit bumi, dewa-dewa sebelum makan pembuluh darah, hukuman dengan tusukan pada lidah, seorang dewi dengan kepala ular pada roda pemintal. Penulis telah mengkopi bagian-bagian dari buku-buku itu, yang sebenarnya hanya diketahui oleh para ahli-ahli saja, sehingga setiap orang yang berpengetahuan dan mempunyai perhatian terhadap persoalan ini, dapat menilai sendiri apa yang benar-benar digambar. Penulis mempunyai dugaan, bahwa orang awam akan merumuskan gagasan-gagasannya secara lebih bebas, daripada seorang ahli bangsa Maya.


Selama penyelidikan-penyelidikannya di lapangan dari tahun 1949 sampai 1952, seorang ahli purbakala bangsa Mexico bernama Alberto Ruz Lhuiller menemukan sebuah kamar penyimpanan jenazah di “Kuil naskah tulisan tangan” di Palenque.

Dari kamar depan kuil yang berada di mimbar tertinggi sebuah piramida bertangga, terdapat sebuah bordes yang miring agak curam dan licin karena kelembaban udara, yang menjurus ke bawah sampai hampir 75 kaki dan berakhir sampai 6 kaki dibawah tanah.

Tangganya disembunyikan sedemikian rupa, sehingga dapat kita tarik kesimpulan, bahwa tangga itu tadinya pasti dirahasiakan. Ukuran dan letak kamar itu cocok dengan “pengertian tentang ilmu gaib “ (Marcel Brion). Para ahli purbakala beserta pembantu-pembantunya membutuhkan waktu tiga tahun untuk membersihkan tangga itu, dari puncak sampai ke dasarnya.

Lantai ruangan itu terbuatdari satu batu utuh yang berukuran panjang 14 kaki dan lebar 7 kaki, dengan gambar relief yang luar biasa. Penulis belum pernah melihat sebuah relief lainnnya, yang demikian indah dan cermat pembuatannya. Ukiran-ukiran bangsa Maya terdapat di sekitar sudut-sudut permukaan yang datar itu, akan tetapi hanya sangat sedikit dari ukiran-ukiran itu yang dapat dipecahkan artinya.


Batu datarnya dihias dengan ukiran-ukiran tulisan seperti yang terdapat di Dresden Paris dan Madrid Codex. Dalam gambar-gambar itu dapat kita lihat sebuah wujud dewa bumi, dengan hiasan-hiasan bulu di dadanya, tali-tali dan pipa-pipa dari dari batu berwarna dan tidak ketinggalan pula seekor burung yang dianggap suci (burung Kwitzel dari Amerika tengah).

Paul Rivet, salah seorang dari kelompok ahli-ahli purbakala yang telah menemukan kamar jenazah dalam kuil di Palenque itu berkata, bahwa orang Indiannya digambarkan sedang duduk di altar pengorbanan dan di belakang tempat duduknya terukir rambut jenggot Dewa Cuaca, motif-motif yang selalu timbul kembali di kota-kota Maya.

Di bawah batu utuh yang dihias secara indah itu, terdapat sebuah kerangka dalam sebuah peti mati yang dicat merah. Sebuah kedok emas menutupi muka kerangka; beberapa butir batu pertama terdapat di sebelah kerangka, seakan-akan merupakan benda-benda upacara keagamaan dan benda benda yang dikorbankan.

Sejak penulis melihat batu kuburan di Palengue itu, maka penulis menafsirkan dan merumuskannya dalam istilah-istilah tekhnik. Tidaklah menjadi persoalan, apakah kita menggunakan sudut pandang ini ataukah itu, tetapi penulis berfirasat, ada petualang-petualang ruang angkasa tersangkut di dalam misteri ini.


Potret-potret terbaik yang pernah penulis lihat mengenai batu kuburan, yang berada di belakang pintu besi yang terkunci itu, adalah hasil pemotretan dari para pemotret film “Kereta-kereta perang para Dewa kah?”

“Setelah delapan kali mengajukan permohonan, maka Pemerintah mengizinkan kami untuk kerja selama setengah jam dengan menggunakan kamera dan lampu-lampu sorot. Potret-potret ini akan memberikan gambaran yang lebih baik kepada para pembaca, mengenai persoalan yang penulis bicarakan dari gambar-gambar dalam buku penulis yang pertama.

Akhirnya, dari kesemuanya itu menujukkan, bahwa batu kuburan itu merupakan sebuah kerangka yang di tengah-tengahnya terdapat makhuk, yang duduk agak membongkok kedepan (seperti seorang Astronaut di dalam module komandonya).

Makhluk asing itu mengenakan sebuah topi helm, dari bagian belakang topi helm itu mencuat keluar dua batang pipa. Di depan hidungnya terdapat aparat oxygen. Makhluk itu sedang mengerjakan alat semacam tombol pengamatan dengan kedua tangannya.

Jari-jari yang sebelah atas disusun, seakan-akan makhluk itu sedang menyetel sebuah tombol yang ada di depannya. Kita melihat dari arah belakang, empat jari dari tangannya yang sebelah bawah, jari kelingkingnya bengkok. Apakah makhluk itu tidak kelihatan seperti sedang mengerjakan alat pengontrol seperti yang terdapat pada stang sepeda motor?

Tumit kaki kirinya berada di atas pedal bertangga. Yang melihat relief di Palengue itu akan heran melihat kenyataan, bahwa “orang Indian yang berada di atas altar pengorbanan” itu mengenakan pakaian yang sangat modern.

Tepat di bawah dagunya terdapat semacam leher gulung sebuah kemeja wol. Bajunya yang sempit mempunyai lengan baju, yang ujungnya pada pergelangan tangan dilipat ke atas. Dia menggunakan pengikat pada pergelangan tangan, dilipat ke atas. Dia menggunakan ikat pinggang lebar, dan mengenakan celana panjang, yang bagian atasnya lebar dan bercorak seperti mata jala, sedangkan bagian bawahnya, mulai dari sedikit di atas lutut sampai terus di pergelangan kaki sempit. Di pergelangan kakinya terlihat bagian pakaian seperti kaos kaki. Apa ini tidak menyerupai pakaian lengkap bagi seorang astronaut?


Peralatan di dalamnya dimana si petualang ruang angkasa itu sedang duduk meringkuk dengan kaku, menunjukkan ciri-ciri teknis sebagai peralatan untuk sebuah perjalanan menuju ke ruang angkasa.

Baca juga Uji Keperawanan Di Candi Sukuh Gunung Lawu

referensi:http://siradel.blogspot.com/2013/07/pacal-sebuah-relief-astronot-kuno-suku.html/http://russlanda.blogspot.com/2012/07/pakal-astronot-kuno-suku-maya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar